Infopenguasa.com – Pada Senin (4/11/2024), TNI AL dan Tentara Angkatan Laut Rusia menggelar latihan militer gabungan pertama kalinya di Surabaya dan Laut Jawa. Sebelumnya, Indonesia pernah terlibat dalam latihan militer bersama Rusia di Blok ASEAN pada 2021, namun latihan khusus antara TNI AL dan AL Rusia belum pernah terjadi. Langkah ini menambah sorotan terhadap kebijakan luar negeri Indonesia yang semakin dekat dengan Rusia, terutama setelah kunjungan Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan Indonesia sekaligus Presiden Indonesia terpilih, ke Rusia pada Juli 2024.
Kunjungan tersebut menjadi momentum penting bagi peningkatan hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia. Prabowo mengungkapkan, “Kami menganggap Rusia sebagai teman baik dan saya ingin terus menjaga dan meningkatkan hubungan ini,” dalam pertemuannya dengan Presiden Vladimir Putin. Pernyataan tersebut, meskipun mencerminkan pendekatan diplomatik, memunculkan pertanyaan terkait sikap Indonesia dalam konteks konflik internasional, terutama perang Ukraina yang masih berkecamuk. Indonesia sendiri tetap teguh pada kebijakan luar negeri yang netral, menolak untuk berpihak dalam persaingan besar antara Amerika Serikat dan China serta tidak turut campur dalam konflik Ukraina.
Namun, di bawah kepemimpinan Prabowo, Indonesia nampaknya mulai mengubah arah kebijakan luar negerinya. Prabowo yang baru dilantik sebagai Presiden Indonesia, berkomitmen untuk lebih berani dalam mengambil langkah-langkah besar di panggung dunia. Latihan gabungan yang melibatkan lebih dari seratus personel militer tersebut terdiri dari dua tahap yang berlangsung di Surabaya dan Laut Jawa. Rusia mengirimkan sejumlah kapal perang kelas korvet, kapal tanker, helikopter militer, serta kapal tunda untuk mendukung latihan ini. Sejumlah laporan bahkan menunjukkan bahwa kapal-kapal Rusia disambut dengan upacara yang melibatkan marching band Indonesia.
Baca juga: Prabowo Subianto Biayai Retreat Kabinet Merah Putih di Magelang dengan Dana Pribadi
Perubahan arah kebijakan luar negeri ini, yang semakin mendekatkan Indonesia dengan Rusia, menjadi bahan perdebatan di kalangan analis. Beberapa pihak menilai bahwa ini adalah langkah yang terlalu berisiko, mengingat ketegangan global yang terus meningkat, khususnya terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina. Menurut mereka, Indonesia yang sebelumnya mengutamakan hubungan netral dan tidak berpihak dalam konflik internasional, kini tampak mulai lebih bersikap terbuka terhadap Rusia, meskipun dengan tujuan memperdalam hubungan ekonomi dan politik.
Indonesia memang memiliki hubungan dagang yang cukup signifikan dengan Rusia, dengan volume perdagangan mencapai miliaran dolar. Namun, impor senjata utama dari Rusia telah terhenti sejak 2014 setelah aneksasi Krimea oleh Rusia dan invasi skala besar ke Ukraina pada 2022. Meskipun begitu, di bawah Prabowo, Indonesia tetap mempertahankan kesepakatan pembelian jet tempur dari Rusia senilai 1,1 miliar dolar, meskipun menghadapi risiko sanksi dari Amerika Serikat.
Dengan kondisi geopolitik yang semakin memanas, langkah-langkah seperti latihan gabungan ini semakin menambah kontroversi. Banyak pihak mengkhawatirkan bahwa keputusan Indonesia untuk lebih dekat dengan Rusia dapat memicu ketegangan dengan negara-negara besar, terutama Amerika Serikat dan sekutunya. Terlepas dari tujuan Indonesia untuk meningkatkan aliansi dengan negara besar, kebijakan luar negeri yang lebih berani ini dapat berdampak pada stabilitas regional dan hubungan internasional Indonesia.