Infopenguasa.com – Presiden Prabowo Subianto menyampaikan keinginannya untuk membuka ruang dialog dengan sejumlah tokoh yang dikenal vokal mengkritik pemerintah, termasuk mereka yang mengusung narasi Indonesia Gelap. Wacana tersebut disampaikan Prabowo dalam berbagai kesempatan, seperti wawancara eksklusif di Hambalang serta program siaran televisi nasional.
Prabowo menyatakan bahwa ia ingin bertemu langsung dengan para pengkritik, termasuk mereka yang menggunakan istilah Indonesia Gelap untuk menggambarkan kondisi bangsa saat ini. Menurutnya, dialog tidak harus dilakukan secara terbuka di depan publik, namun yang terpenting adalah terciptanya ruang diskusi yang konstruktif.
“Saya mau ketemu, mari kita bahas. Kalau memang Indonesia gelap, ayo kita kerja supaya Indonesia tidak gelap,” ujar Prabowo dalam salah satu pernyataannya.
Tak hanya itu, Prabowo juga menyebut akan mengirim surat kepada tokoh-tokoh seperti Refly Harun dan Rocky Gerung, dua pengamat politik yang dikenal lantang menyuarakan kritik terhadap arah kebijakan pemerintah. Ia meminta mereka menyampaikan secara jelas hal-hal yang dianggap bermasalah.
Meski demikian, wacana ini justru menuai beragam respons dari publik. Banyak pihak mempertanyakan ketulusan niat Presiden. Apakah ini benar bentuk keterbukaan terhadap kritik, atau hanya strategi politik guna meredam tekanan dari kalangan mahasiswa, aktivis sipil, serta masyarakat digital yang semakin vokal?
Dalam forum Sarasehan Ekonomi yang digelar di Jakarta beberapa waktu lalu, Prabowo mengaku heran dengan penilaian bahwa Indonesia tengah berada dalam situasi kelam. “Kalau dia merasa gelap, itu hak dia. Tapi saya lihat Indonesia cerah,” katanya.
Pernyataan itu dinilai sejumlah kalangan sebagai bentuk ketidakpekaan terhadap situasi di lapangan. Ketika masyarakat masih menghadapi antrean gas elpiji bersubsidi, melonjaknya harga kebutuhan pokok, hingga pelayanan publik yang belum merata, Prabowo justru menganggap semuanya dalam kondisi baik.
Salah satu isu yang menjadi sorotan adalah program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menelan anggaran besar. Program tersebut dianggap rawan tidak tepat sasaran dan dikritik sebagai proyek populis. Namun, Prabowo tetap membelanya dengan alasan niat baik untuk mengatasi stunting pada anak-anak.
Menanggapi ajakan dialog tersebut, BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) menyatakan bersedia berdiskusi, namun dengan syarat forum yang diadakan harus jujur, terbuka, dan berpihak pada rakyat. Koordinator BEM SI, Herianto, mengingatkan agar dialog tersebut tidak menjadi ruang sepihak yang justru memperkuat citra kekuasaan.
“Jangan sampai ruang dialog hanya menjadi ruang monolog,” ujarnya.
Sementara itu, Rocky Gerung merespons permintaan dialog dengan nada sinis. Ia menegaskan bahwa gerakan Indonesia Gelap bukan sekadar ekspresi emosional, melainkan bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai semakin otoriter dan tidak berbasis pada data.
“Kalau gerakan ini dibilang dibiayai asing, itu salah besar. Gerakan ini muncul karena keresahan rakyat,” ucap Rocky.
Publik kini menunggu, apakah ajakan Prabowo akan diwujudkan dalam forum nyata yang partisipatif, atau sekadar menjadi narasi pengendalian opini. Dialog sejatinya hanya akan bermakna jika disertai niat mendengar dan menerima masukan, bukan sekadar membungkam perbedaan suara.