InfoPenguasa.com – Inflasi Februari melampaui ekspektasi dengan harga beras yang melambung tinggi, mencapai angka 18,41%. Kenaikan tersebut mendekati rekor tertinggi pada November lalu, ketika harga beras meroket mencapai 19,2%. Bahkan, di tingkat eceran, inflasi harga beras melonjak lebih dari 19% secara tahunan.
Harga beras yang terus meroket bahkan sempat mencapai Rp19.000 per kilogram di tingkat eceran, mengancam daya beli masyarakat yang semakin melemah. Pasalnya, sepanjang tahun 2023, konsumsi rumah tangga melambat karena tekanan harga pangan, dan tren ini diprediksi akan terus berlanjut.
Namun, kenaikan harga beras bukanlah satu-satunya masalah. Produksi beras juga mengalami penurunan drastis selama empat bulan pertama tahun ini. Diperkirakan produksi hanya mencapai 10,71 juta ton, turun sebesar 17,52% dibanding tahun sebelumnya. Penurunan produksi padi menyumbang faktor utama. Produksi gabah kering giling (GKG) turun sekitar 17,54% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Dengan produksi beras yang masih terbatas, harga beras diperkirakan akan tetap tinggi dalam waktu dekat. Bahkan, inflasi diprediksi akan semakin meroket menjelang Ramadan dan Idulfitri pada bulan April mendatang. Kondisi normalisasi harga beras baru akan tercapai jika pemerintah mengalirkan cadangan beras Bulog ke pasar dengan jumlah yang cukup besar.
Upaya pemerintah untuk mengatasi masalah ini masih terbatas. Saat ini, pemerintah baru saja merealisasikan impor beras sebanyak 500.000 ton dari kuota 2 juta ton tahun ini. Sementara itu, Bulog juga telah meneken pembelian beras sebanyak 300.000 ton dari Thailand dan Pakistan, yang diharapkan dapat masuk dalam waktu dekat.
Biaya Hidup Ikut Naik
Namun, bagi masyarakat, kenaikan harga bahan pokok makanan ini menjadi beban tambahan yang tidak terelakkan. Menurut perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Survei Biaya Hidup (SBH) 2023, rata-rata konsumsi warga Jakarta pada tahun tersebut mencapai Rp14,88 juta per bulan, naik dari Rp13,4 juta per bulan pada tahun 2018.
Tak hanya di Jakarta, kenaikan biaya hidup juga terjadi di Kota Bekasi dan Surabaya. Kota Bekasi menduduki peringkat kedua sebagai wilayah dengan biaya hidup termahal, mencapai Rp14,3 juta per bulan, naik dari Rp13,6 juta pada SBH 2018. Sementara Surabaya, berada di urutan ketiga dengan biaya hidup mencapai Rp13,3 juta per bulan, naik dari Rp11,9 juta pada periode sebelumnya.
Biaya hidup ini mencakup berbagai faktor seperti tarif listrik, pulsa ponsel, harga sewa tempat tinggal, bensin, minyak goreng, bahan makanan, susu, dan lainnya. Dengan harga beras yang terus melonjak, masyarakat di berbagai kota di Indonesia semakin merasakan tekanan ekonomi yang meningkat.
Baca juga: Binus Serpong Diguncang Kasus Perundungan: Apa yang Terjadi di Belakang Tembok Sekolah?
Sumber: Bloomberg Technoz.