InfoPenguasa.com – Sebuah insiden memilukan mengguncang jalanan Tol Jakarta-Cikampek baru-baru ini ketika seorang pria menggunakan mobil Fortuner berpelat dinas Tentara Nasional Indonesia (TNI) terlibat dalam cekcok sengit dengan pengendara lain. Insiden ini memicu kegemparan di media sosial dan menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas dan kewajaran perilaku seorang yang disinyalir memiliki keterkaitan dengan elite militer.
Kronologi insiden ini yang diungkapkan melalui akun media sosial undercover.id pada Kamis, 11 April 2024, menjadi sorotan publik. Video yang tersebar menunjukkan seorang pria yang mengklaim memiliki saudara kandung berpangkat jenderal TNI, merayu pengendara lain untuk mencari “kakaknya” sebagai bentuk ancaman atas kejadian tabrakan yang melibatkan mobil dinasnya.
Menyikapi kehebohan tersebut, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal TNI Nugraha Gumilar menyatakan bahwa Pusat Polisi Militer (Puspom) TNI segera memulai penyelidikan atas insiden tersebut. Dilaporkan bahwa hasil awal penyelidikan Puspom TNI mengarah pada pemeriksaan database nomor registrasi kendaraan di Denma Mabes TNI serta pengecekan di sistem database Regiden Korlantas Mabes Polri.
Namun, fakta-fakta baru yang terungkap menambah lapisan kontroversi dalam kasus ini. Menurut Nugraha, plat nomor yang terdaftar atas nama Asep Adang, seorang purnawirawan TNI AU dengan pangkat terakhir Marsekal Muda TNI. Asep Adang, yang pensiun pada tahun 2020 dan sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), tampaknya menjadi pusat perhatian dalam insiden ini.
Mendengar hal ini, Marsda TNI (Purn) Asep Adang Supriyadi memberikan klarifikasi yang tegas. Dalam keterangan resmi yang dibagikan Kapuspen TNI, Senin, 15 April 2024, Asep Adang menegaskan bahwa ia sama sekali tidak mengenal pengemudi Toyota Fortuner dengan pelat dinas TNI yang terlibat dalam insiden tersebut. Dia menegaskan bahwa tidak pernah ada keterlibatan atau pemberian izin penggunaan nomor pelat dinasnya kepada pihak lain.
Lebih lanjut, Asep Adang menjelaskan bahwa nomor dinas TNI yang terkait dengan mobil Fortuner bukanlah kendaraan yang dia gunakan. Dia menegaskan bahwa kendaraan yang terdaftar atas nama dan nomor pelat dinas yang sama adalah Pajero Sport, yang digunakan dalam aktivitasnya sebagai Guru Besar di Universitas Pertahanan.
Meski demikian, pertanyaan tentang bagaimana mobil Fortuner dengan plat dinas yang sama muncul tetap menggantung. Apakah ini merupakan kasus penyalahgunaan identitas plat dinas, atau ada kebingungan dalam penggunaan nomor plat dinas tersebut, menjadi pertanyaan yang belum terjawab sepenuhnya.
Klarifikasi dari Asep Adang, meskipun memberikan gambaran yang lebih jelas tentang posisinya dalam insiden ini, masih meninggalkan ruang untuk spekulasi dan pertanyaan lebih lanjut. Publik tentu berharap agar penyelidikan yang dilakukan oleh Puspom TNI dapat memberikan jawaban yang memuaskan dan mengungkap kebenaran di balik insiden ini.
Sebagaimana dilaporkan, insiden ini juga memunculkan diskusi tentang etika dan integritas para pemegang plat dinas, terutama mereka yang memiliki keterkaitan dengan institusi militer. Kejadian ini menunjukkan perlunya penegakan hukum yang tegas dan transparan terhadap setiap pelanggaran, tanpa pandang bulu terhadap status sosial atau jabatan.
Dengan berbagai fakta dan klarifikasi yang telah diungkap, masyarakat menunggu dengan penuh antusias hasil akhir dari penyelidikan yang sedang berlangsung. Ini bukan hanya tentang menegakkan keadilan dalam kasus ini, tetapi juga memastikan bahwa integritas dan kepercayaan publik terhadap institusi, baik militer maupun pemerintah, tetap terjaga dan tidak terkompromi.
Baca juga: Terkuak! BWF Kenakan Sanksi 8 Atlet Badminton Indonesia Terlibat Kasus Taruhan dan Match Fixing
Sumber: Tempo.