Studi yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics menyebutkan bahwa siswa yang menjadi korban bullying cenderung menunjukkan perilaku agresif sebagai respons terhadap perlakuan yang mereka terima. Hal ini didukung oleh American Psychological Association yang menegaskan bahwa korban bullying memiliki risiko lebih tinggi untuk menunjukkan perilaku agresif, baik secara verbal maupun fisik.
Faktor-faktor seperti kurangnya dukungan sosial dan keterampilan sosial yang terbatas juga berkontribusi pada hubungan antara bullying dan tindakan agresif. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of School Psychology menemukan bahwa siswa yang merasa kurang didukung secara sosial lebih rentan terhadap respon agresif setelah mengalami bullying.
Meskipun demikian, ada langkah-langkah yang telah diambil untuk mengatasi masalah ini. Banyak sekolah telah menerapkan program anti-bullying yang melibatkan pendekatan preventif dan intervensi. Program-program ini sering kali mencakup pelatihan untuk guru dan staf sekolah tentang cara mengidentifikasi dan menangani kasus bullying, serta pembentukan hubungan yang positif antara siswa melalui kegiatan-kegiatan seperti mentoring dan proyek kolaboratif.
Selain itu, melibatkan orang tua dan komunitas dalam upaya pencegahan bullying juga menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung. Kampanye penyuluhan #StopBullydiSekolah tentang pentingnya menghormati perbedaan, menumbuhkan empati, dan menanggapi kasus bullying dengan serius dapat membantu menciptakan budaya sekolah yang inklusif.
Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, upaya-upaya ini menunjukkan harapan dalam mengurangi tingkat kekerasan dan tindakan agresif di sekolah. Dengan kolaborasi antara semua pihak terkait, termasuk sekolah, komunitas, dan lembaga pemerintah, gerakan #StopBullydiSekolah dapat terus memperjuangkan hak setiap siswa untuk belajar dalam lingkungan yang aman dan mendukung.
Di tengah upaya pencegahan dan penanggulangan bullying di sekolah, penting bagi kita untuk mengakui bahwa setiap tindakan kecil pun memiliki dampak besar. Dengan memperkuat nilai-nilai seperti empati, penghargaan terhadap perbedaan, dan sikap menghormati satu sama lain, kita dapat menciptakan lingkungan di mana setiap siswa merasa didukung dan dihargai. Melalui edukasi yang berkelanjutan, dukungan komunitas yang kuat, dan komitmen bersama untuk bertindak, kita dapat mengubah budaya sekolah menjadi lebih positif dan #StopBullydiSekolah secara efektif.
Baca juga: Binus Serpong Diguncang Kasus Perundungan: Apa yang Terjadi di Belakang Tembok Sekolah?
Sumber: Universitas Muhammadiyah Surakarta