InfoPenguasa.com – Debat perdana Pilgub DKI Jakarta 2024 berlangsung panas, terutama saat calon gubernur nomor urut 2, Dharma Pongrekun, menjadi sorotan negatif. Dharma, yang sedang berusaha merebut kursi Gubernur DKI, mendapatkan reaksi yang kurang menyenangkan dari lawan politiknya, Ridwan Kamil (RK) serta tim pemenangannya pada Minggu (6/10) di JIExpo Kemayoran. Momen tersebut terekam ketika Dharma menjawab pertanyaan panelis tentang tema transportasi, yang seharusnya menjadi salah satu isu utama dalam debat tersebut.
RK dan Pramono, sebagai calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 1, diberikan kesempatan untuk menanggapi jawaban Dharma. Sayangnya, alih-alih memberikan respon yang serius, RK terlihat tersenyum tipis, sebuah gestur yang terlihat merendahkan pernyataan Dharma. Senyuman RK ini bukan hanya sebuah isyarat kebingungan, tetapi juga disertai dengan membetulkan kacamatanya, seakan menyiratkan ketidakseriusan terhadap gagasan yang disampaikan oleh lawan politiknya tersebut.
Pada kesempatan lain, Dharma diberikan waktu untuk merespons tanggapan dari RK dan Pramono. Namun, alih-alih memberikan argumentasi yang lebih kuat, Dharma kembali memicu reaksi negatif. Ia menggarisbawahi pentingnya optimalisasi manajemen kebijakan transportasi, tetapi pernyataannya terasa kurang tegas dan substansial. “Yang pertama harus kita lakukan adalah bagaimana kita mengoptimalkan manajemennya dulu, jangan sampai aturannya sudah ada, tetapi hanya menjadi aturan dan tidak dikawal bagaimana kelanjutannya,” ucap Dharma. Pernyataan tersebut terdengar klise dan minim solusi konkret, membuat RK semakin terlihat di atas angin.
Isu Pandemi Covid-19 dan Reaksi Tertawaan
Momen yang paling mengundang kontroversi terjadi saat Dharma Pongrekun menjawab pertanyaan terkait penanganan pandemi Covid-19. Alih-alih memaparkan strategi yang komprehensif, Dharma membuat pernyataan yang justru memicu gelak tawa dari tim pemenangan RK-Suswono. Ia menyebut bahwa pandemi Covid-19 merupakan agenda terselubung asing yang bertujuan mengambil alih kedaulatan negara. “Terlihat sekali betapa rapuhnya bangsa ini, sampai-sampai istilah yang digunakan pun kita ikuti. Kenapa bukan ‘taufik’, kenapa harus ‘Covid’?” ujar Dharma dengan nada serius.
Pernyataan tersebut segera memicu reaksi dari tim RK-Suswono yang duduk di barisan depan. Sekretaris Jenderal PAN, Eko Patrio, terlihat tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh politisi PAN, Uya Kuya, serta Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera. Tidak hanya tertawa, beberapa dari mereka bahkan menggeleng-gelengkan kepala seakan tidak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh Dharma.
Reaksi ini tentu saja menambah beban bagi Dharma yang sudah berjuang untuk meyakinkan audiens bahwa dirinya mampu memimpin Jakarta. Di barisan kedua, beberapa anggota tim pemenangan RK-Suswono juga terlihat tertawa, menandakan bahwa pernyataan Dharma benar-benar tidak dianggap serius oleh para pesaingnya.
Baca juga: PDIP Copot Tia Rahmania dari Daftar Caleg Terpilih, Digantikan oleh Bonnie Triyana
Minimnya Kesiapan
Apa yang terjadi pada debat perdana ini menunjukkan betapa kurangnya persiapan Dharma Pongrekun untuk menghadapi isu-isu penting yang diangkat dalam Pilgub DKI 2024. Tidak hanya gagal memberikan jawaban yang memadai terkait transportasi, tetapi juga gagal membaca suasana publik dan menilai pentingnya memberikan jawaban yang relevan dan beralasan. Memasukkan teori konspirasi tentang pandemi ke dalam debat yang seharusnya membahas solusi konkret, membuat citra Dharma semakin terpuruk di mata masyarakat.
Sebagai seorang calon gubernur, seharusnya Dharma mampu memanfaatkan platform debat untuk memaparkan visi yang jelas dan menjawab isu-isu utama secara logis dan matang. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, ia lebih memilih untuk memberikan pernyataan kontroversial tanpa dasar yang kuat. Hal ini tidak hanya merugikan citra pribadinya, tetapi juga memunculkan keraguan apakah dirinya benar-benar mampu memimpin ibu kota negara dengan segala kompleksitas masalah yang ada.
Debat yang Harusnya Jadi Peluang Berbalik Jadi Malapetaka
Debat perdana Pilgub DKI Jakarta 2024 yang bertemakan “Penguatan SDM dan Transformasi Jakarta Menjadi Kota Global” seharusnya menjadi ajang bagi Dharma untuk menunjukkan kompetensinya dalam memimpin Jakarta menuju perubahan yang lebih baik. Namun, kesempatan emas tersebut justru berubah menjadi bumerang bagi dirinya. Alih-alih memberikan solusi yang konkret dan relevan, Dharma malah memberikan pernyataan yang memancing tawa dan dianggap remeh oleh lawan politiknya.
Bagi pemilih yang menyaksikan debat tersebut, pernyataan-pernyataan Dharma Pongrekun tampak jauh dari harapan masyarakat yang mendambakan pemimpin dengan solusi nyata. Sementara RK dan Pramono berhasil mengendalikan panggung dengan jawaban yang lebih terukur dan serius, Dharma justru terkesan tidak siap dan jauh dari harapan.
Pada akhirnya, debat ini justru memperlihatkan ketimpangan kemampuan antara kedua calon. Dharma, dengan pernyataannya yang kontroversial, semakin jauh tertinggal dari RK yang dengan cermat menggunakan setiap kesempatan untuk mematahkan argumen lawannya dengan senyuman sinis dan gestur yang penuh sindiran. Hal ini tentu saja menjadi PR besar bagi tim kampanye Dharma untuk segera membenahi strategi komunikasi mereka agar mampu bersaing dengan RK dalam debat-debat berikutnya.
Dalam pertempuran Pilgub yang semakin memanas, satu kesalahan komunikasi bisa berakibat fatal. Debat perdana ini membuktikan bahwa Dharma harus bekerja lebih keras untuk memenangkan hati warga Jakarta, sebelum ia benar-benar menjadi bahan tertawaan dalam kontes demokrasi ini.