InfoPenguasa.com – Pelantikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terpilih periode 2024-2029 yang berlangsung pada Selasa (1/10/2024) menyisakan beragam reaksi di masyarakat. Di antara 580 anggota DPR yang dilantik, sebanyak 23 di antaranya merupakan sosok-sosok yang terkenal sebagai artis. Fenomena ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai kapabilitas dan komitmen mereka dalam menjalankan tugas legislatif.
Berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Nomor 1206 Tahun 2024, kehadiran para artis di panggung politik menjadi sorotan utama. Masyarakat pun mengungkapkan keprihatinan terkait latar belakang para anggota DPR ini, yang dinilai kurang memiliki pengalaman dan pemahaman mendalam mengenai isu-isu politik dan sosial yang dihadapi bangsa. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa keberadaan mereka lebih didorong oleh popularitas ketimbang kemampuan untuk mewakili aspirasi rakyat.
Dari 23 artis yang dilantik, beberapa di antaranya seperti Uya Kuya, Denny Cagur, dan Verrell Bramasta cukup dikenal di layar kaca. Uya Kuya, misalnya, meraih suara sebanyak 46.326 di Dapil DKI Jakarta II, sedangkan Denny Cagur mendapatkan 58.043 suara dari Dapil Jawa Barat II. Namun, banyak yang meragukan apakah mereka mampu menangani permasalahan serius di masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Salah satu anggota masyarakat, Adi, mengungkapkan, “Saya merasa kecewa melihat artis-artis ini masuk DPR. Mereka seharusnya fokus pada karier mereka di dunia hiburan, bukan politik. Kami butuh wakil yang benar-benar mengerti masalah rakyat, bukan sekadar wajah-wajah terkenal.” Pandangan ini mencerminkan kekhawatiran yang lebih luas di kalangan publik mengenai efektivitas para artis dalam menjalankan fungsi legislatif mereka.
Baca juga: Peran Komjen. Pol. (Purn.) Drs. Arif Wachyunadi dalam Memperjuangkan Hari Juang Polri
Beberapa anggota DPR dari kalangan artis juga menunjukkan ketidakpahaman mereka terhadap isu-isu penting. Misalnya, dalam beberapa wawancara, mereka terkesan kurang siap dalam menjawab pertanyaan mengenai kebijakan publik. Hal ini semakin memperburuk citra mereka di mata masyarakat yang mengharapkan wakil yang terdidik dan berpengalaman.
Tak hanya itu, fenomena ini juga dianggap sebagai bentuk komersialisasi politik yang merugikan. Masyarakat menilai bahwa partai politik yang mendukung para artis ini lebih memprioritaskan daya tarik visual untuk menarik suara pemilih ketimbang substansi dan kapabilitas. “Ini adalah tanda bahwa politik kita semakin dipenuhi dengan gimmick. Banyak yang lebih memilih artis daripada calon yang sebenarnya lebih berkualitas,” kata seorang pengamat politik, Andi.
Kritik juga datang dari kalangan akademisi. Dr. Rina, seorang dosen ilmu politik, menjelaskan bahwa kehadiran para artis di DPR dapat mengalihkan perhatian publik dari isu-isu yang lebih penting. “Sangat disayangkan jika wakil rakyat tidak memahami peran mereka dengan baik. Sebagai legislatif, mereka harus mampu mengedukasi diri dan masyarakat tentang kebijakan yang akan diambil,” ujarnya.
Daftar nama artis yang dilantik sebagai anggota DPR RI periode 2024-2029 menunjukkan variasi latar belakang, tetapi secara keseluruhan, mereka tidak memiliki track record yang kuat dalam bidang legislatif. Sebagai contoh, Dede Yusuf dari Partai Demokrat dengan suara 210.179 di Dapil Jawa Barat II, atau Melly Goeslaw dari Partai Gerindra yang meraih 75.369 suara. Meskipun mereka memiliki popularitas, publik merasa bahwa kemampuan mereka dalam berpolitik tetap dipertanyakan.
Berdasarkan data KPU, 23 artis ini mencakup berbagai partai, termasuk Gerindra, PAN, dan Golkar. Meskipun perolehan suara mereka terbilang signifikan, ada kekhawatiran bahwa mereka tidak akan mampu memenuhi harapan rakyat yang ingin melihat perubahan nyata dan solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Dengan pelantikan ini, harapan publik akan munculnya perubahan positif dari DPR tampak suram. Keberadaan artis sebagai anggota DPR justru memicu ketidakpercayaan dan skeptisisme di kalangan masyarakat. Pada akhirnya, pertanyaan yang terus mengemuka adalah, apakah 23 artis ini akan mampu menjadi wakil yang layak, ataukah mereka akan menjadi bintang di panggung politik yang tak lebih dari sekadar hiasan semata?