InfoPenguasa.com – Warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Cilegon, Banten, terancam kesulitan mendapatkan air bersih setelah pemilik pompa air di daerah tersebut memutuskan untuk memotong aliran air. Keputusan tersebut dituduh sebagai upaya balas dendam terhadap hasil suara yang tidak memuaskan.
Pemilik pompa air yang diketahui sebagai caleg DPRD Kota Cilegon dari PKS, Sumedi Madasik, diduga melakukan tindakan tersebut sebagai respons atas kekecewaannya terhadap hasil pemilihan di daerah tersebut. Pasca penghitungan suara pada tanggal 18 Februari 2024, Sumedi Madasik, yang hanya berhasil meraih 635 suara, mengambil tindakan drastis dengan memutus aliran air bersih yang biasanya digunakan oleh warga setempat.
Misnawati (35), seorang warga setempat, mengungkapkan bahwa pemutusan aliran air tersebut terjadi setelah empat hari pasca penghitungan suara. Akibatnya, warga Kampung Cisuru terpaksa harus berjalan sejauh 2 kilometer ke sumber mata air terdekat untuk mendapatkan air bersih. Misnawati menambahkan bahwa warga telah berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan berkomunikasi langsung dengan Sumedi Madasik, namun upaya tersebut sia-sia karena tidak mendapat respons yang memadai.
Kondisi geografis kampung yang berada di dataran tinggi memperparah situasi, membuat akses terhadap air bersih semakin sulit bagi warga setempat. Bahkan, sebelumnya pada tahun 2019, warga pernah meminta bantuan kepada Sumedi Madasik untuk mengalirkan air ke pemukiman mereka dengan kesepakatan pembayaran sebesar Rp5.000 per kubikasi. Namun, keputusan Sumedi Madasik untuk memutus aliran air setelah kegagalan dalam pemilihan menimbulkan dampak serius bagi kehidupan sehari-hari warga.
Dalam situasi yang semakin memprihatinkan ini, Misnawati mengharapkan agar pemerintah dan pihak industri, khususnya PT Indonesia Power, dapat turun tangan untuk membantu mengatasi krisis air bersih yang dihadapi oleh warga Kampung Cisuru. Permintaan bantuan ini muncul sebagai upaya untuk mengatasi penderitaan warga dan memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi.
Dengan kondisi tersebut, menjadi sebuah ironi bahwa Sumedi Madasik, yang seharusnya menjadi perwakilan rakyat yang mampu memperjuangkan kepentingan masyarakat, justru terlibat dalam tindakan yang merugikan warga yang seharusnya menjadi konstituennya. Keputusannya untuk memutus aliran air sebagai bentuk balas dendam terhadap hasil suara yang tidak memuaskan menimbulkan tanda tanya besar atas integritas dan kredibilitasnya sebagai seorang calon pemimpin.
Baca juga: Inflasi dan Harga Beras Meroket, Masyarakat di Ujung Tanduk!
Sumber: Kumparan