Info Penguasa – Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dalam setahun terakhir sering bertemu dengan tokoh politik. Tak hanya tokoh PDIP, partai tempatnya bernaung, Gibran juga sering dikunjungi tokoh politik partai lain.
Mulai dari Partai Golkar, PSI, PAN, Gerindra, Perindo dan lainnya. Bahkan pengamat politik yang sering berseberangan pun, seperti Rocky Gerung juga ditemui.
Politikus senior PDIP Aria Bima menilai apa yang dilakukan Gibran tersebut baik sebagai tokoh muda milenial yang mengambil pilihan untuk terjun ke dunia politik.
“Saya melihat ini kan tipe kalangan milenial yang mengambil pilihan untuk terjun ke dunia politik.
Sekarang ini kan mulai harus menjadi tren, saya melihat Gibran tidak hanya dilihat sebagai sosok dari partai PDI Perjuangan tapi keberhasilan untuk masuk ke dunia politik. Termasuk kemarin juga Kaesang bisa memberikan inspirasi buat kalangan milenial,” ujar Aria Bima, disela Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Solo, Minggu (27/2).
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI mengatakan, Era Indonesia 2045, era Indonesia emas tahun 2030, sangat ditentukan sejauh mana kalangan politisi ini nanti mampu berperan di dalam mewujudkan hal-hal yang menyangkut substansi. Tidak hanya demokrasi yang elektoral, namun demokrasi yang substansial.
“Yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat. Bagaimana kalangan anak muda terjun ke politik ini akan mampu memberikan inspirasi pada kalangan anak muda. Kalangan muda ini saya melihat persepsi politiknya buruk, bahkan tingkat kepercayaan publik kepada kalangan politisi terutama yang di legislatif itu sampai pada nadir hanya nomor dua dari bawah,” katanya.
Bima menilai, tokoh-tokoh yang datang ke Solo, termasuk politisi lintas partai dan bertemu Gibran sebagai sesuatu yang positif. Hal tersebut dapat memberikan inspirasi kepada kalangan anak muda.
“Apapun itu, tokoh-tokoh pendidikan, tokoh dunia profesional, pengusaha, cendekiawan, budayawan seniman. Itu akan mampu mengoptimalkan tingkat kompetensi profesionalitas. Dia sangat bagus kalau diberi peran politik. Peran politik mampu meleverage tingkat kompetensi para profesional. Baik itu bidang seni, pengusaha, kedokteran, hukum, pertanian. Sangat bagus dan bisa dioptimalkan dengan posisi politik. Jadi politik sangat efektif dalam mewujudkan dalam berbagai hal yang menyangkut kehendak publik,” tandasnya.
Baca Juga : Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak Soroti Rencana IPO Palm Co
Anggota DPR RI asal Solo mengaku ragu akan kemampuan Gibran saat awal menjabat wali kota. Apalagi saat itu ia lebih mendukung calon wali kota lainnya, Achmad Purnomo.
“Waktu itu kan saya mencalonkan Pak Pur. Orang juga melihat Gibran ini paling juga hanya sekedar nyantol bapaknya sebagai presiden. Tapi setelah direkomendasikan partai dan cara kampanyenya pun sudah smart, sudah wise gitu ya lebih menunjukkan keinginannya untuk menjaga seorang wali kota,itu saya melihat ada sesuatu yang cukup berbeda,” katanya.
“Saya berharap akan muncul tokoh-tokoh lain. Silakan anak politisi yang sudah berhasil tapi cara meleverage bapaknya, posisinya dia itu harus khas original anak anak milenial,” sambungnya.
Bima mencontohkan saat Presiden Jokowi akan mengganti mobil Pemda menjadi mobil listrik, namun Gibran lebih memilih sikap berbeda. Karena Gibran realistis melihat keuangan pemda yang belum mampu. Apalagi mobil yang lama pun masih bisa dipakai secara maksimal.
“Dia memberikan statement untuk Solo motor listrik, mobil listrik masih belum bisa direalisasi. Karena kebutuhan-kebutuhan yang sekarang ini masih banyak yang dipentingkan daripada mengganti mobil,” katanya.
“Nah ini kan sebagai bentuk bentuk tidak semua hal itu langsung diikuti oleh Gibran,” katanya lagi.
Aria Bima melihat ada perubahan dari berbagai kebijakan Gibran yang memfasilitasi bagaimana akhirnya orang datang ke Solo.
“Saya melihat dia salah satu ikon yang bisa dijadikan sumber inspirasi. Di kalangan muda milenial untuk masuk ke dunia politik,” tandasnya.
Saat disinggung posisi Gibran yang memanfaatkan pengaruh sebagai anak presiden, Bima tak menyetujuinya. Menurutnya, banyak anak bupati atau anak tokoh yang menjadi bupati, namun akhirnya masih menjadi bayang-bayang dari orang tuanya.
Baca Juga : Jokowi Pastikan Tak Ada Reshuffle Kabinet
“Saya lihat Gibran juga cukup bijak menempatkan soal itu,” ucapnya.
Bima juga tak sepakat jika Gibran bisa menjadi jembatan antara para tokoh yang berseberangan dengan Jokowi.
“Jembatan itu juga tidak 100% bisa. Maksudnya Gibran ini orang yang sadar peran maksudnya, tugas tanggung jawab dan posisi dia itu tidak bisa inheren posisinya Jokowi,” jelasnya.
Ia mencontohkan, saat Gibran datang ke Rocky Gerung. Kenyataannya tidak mengubah cara kritis Rocky Gerung terhadap Jokowi. Namun menurutnya, Gibran harus belajar kepada orang yang tidak sejalan dengan ayahnya.
“Rocky Gerung sama bapaknya tidak hanya kritis, nyinyir sama bapaknya. Itu pun ya dia pelajari. Konstruksi berpikir seorang Rocky Gerung yang kadang menjadi kapasitas orang intelektual kritis tapi juga jadi oposisi pemerintah, itu dia dengar,” terangnya.
Begitu juga dengan Anies yang sudah bertemu 2 kali. Gibran, menurutnya, juga belajar dari negara lini kelompok masyarakat lain. Jokowi, dikatakannya, juga memiliki cara landing sendiri soal Anies, Gibran pun juga punya cara pandang.
“Mana yang sebenarnya orang-orang yang cocok dengan berbagai kegiatan Jokowi atau garis ideologi, garis politik. Saya kira Gibran mulai belajar soal-soal yang menyangkut sebenarnya batas dia berhenti, batas dia maju dan batas dia mundur di dalam proses navigasi peran politik nasional itu seperti apa,” ucap dia.
Baca Juga : Komentar Ngabalin ke Zulfan NasDem soal Jokowi Suasana Duka
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari Infopenguasa.com. Untuk kerjasama lainya bisa kontak email atau sosial media kami lainnya.